Kuliah Sambil Kerja Adalah Sebuah Perjuangan
CHAT DI WHATSAPP KLIK DISINI
Jika anda yang sedang mencari informasi Kuliah Sambil Kerja Adalah Sebuah Perjuangan, maka Kuliah Sabtu Minggu akan menyampaikan tentang Kuliah Sambil Kerja Adalah Sebuah Perjuangan seperti dibawah ini:
Kuliah Sambil Kerja Adalah Sebuah Perjuangan
Dengan memakai motor butut peninggalan zaman Rano Karno masih bujangan, malam itu saya berangkat kuliah seperti biasanya. Sebetulnya malas, namun apa daya, resiko orang yang ingin maju ya begini adanya, harus mau capek dan ekstra ngeluarin energi dibandingkan dengan orang lain.Biarlah mereka tertawa dengan temennya di café, di mall sambil ngabisin duit orangtuanya, wajar karena mereka orang kaya. Lah kita, orang yang pas-pasan, maka nikmatin saja kehidupan orang pas-pasan. Jika ingin kuliah, ya mesti kerja dulu karena kebetulan orang tua kita tidak mampu memberikan biaya bagi kita untuk kuliah.
Dan ketika masa kuliah sudah dimulai, pergi pagi jam 06.30 serta pulang malam jam 10.30 adalah rutinitas yang harus kita lakonin sehari-hari. 06.30-17.30 adalah jam kerja. 18.30 -21.30 adalah jam kuliah, sisa waktunya adalah waktu tempuh di jalan. Mengeluhkah dengan keadaan ini? Ah, buat apa mengeluh, jika memang ada tujuan yang menurut keyakinan adalah suatu yang harus diperjuangkan apa gunanya kita mengeluh.
Capek? Pastinya. Namanya manusia pasti merasakan capek dengan keadaan itu. Oleh karena itu, untung yang namanya kuliah itu jangka waktunya pendek, coba kalau seumur hidup. Bisa-bisa tubuh kita seperti orang yang mati enggan hidup segan.
Tiba di kampus ketemu dengan teman kuliah. Sama, mereka juga yang satu keinginan dan kemauan. Yaitu orang-orang yang ingin maju dengan kuliah sambil bekerja juga seperti keadaan saya. Ngobrol-ngobrol dulu dengan mereka di depan kampus deket warung langganan. Tertawa-tawa adalah sudah menjadi hobi kita jika sudah kumpul bareng. Seakan ingin melepas semua penat setelah seharian bekerja dengan hiburan sesaat sebelum membenamkan otak ke dalam hitung-hitungan, logika, ingatan dan trik-trik dalam pelajaran yang akan diberikan oleh dosen.
Dan ketika tiba saatnya kami masuk, ada rasa tidak nyaman, kenapa kami harus melakukan ini. Kenapa kami tidak pulang saja, karena pastinya tidak ada orang yang melarang. Duit-duit kami, kuliah-kuliah kami, nilai-nilai kami, siapa anda yang mau melarang saya untuk bolos kuliah jika kami ingin pulang cepat atau ingin hura-hura di tempat bilyar, atau hepi-hepi dengan wanita idaman nonton di bioskop.
Memang terkesan sedikit sombong jika mengingat hal ini. Karena ada rasa bahwa kita tidak menggantungkan sesuatu pada orang lain. Tidak biaya, tidak akomodasi, semua kami yang menanggung. Ya.. haraf dimaklum saja, namanya orang yang biasa melawan kerasnya hidup, pasti mentalnya pun sedikit keras, yang terkadang ditangkap sebagai suatu kesombongan.
Ketika masuk kampus, dosen belum ada. Ah sudah biasa. Dimana-mana sama, terkesan kita yang butuh mereka. Padahal kalau tidak ada mahasiswa, situ itu siapa? Dosen? Hahaha… pastinya situ tidak akan disebut dosen kalau tidak ada kita-kita. Jadi plis deh, kalao jam kuliah udah teng, ente harusnya sudah duluan dari kita-kita, karena yang bayar ente itu bukan kampus, tapi Kite!!!
Jika kebetulan sudah datang dosen, maka kitapun pada diam. Diam dengan berbagai macam pose pikiran. Ada yang diam karena ingin diam, ada yang diam sambil melamun, ada yang diam karena tidak ingin dimarahi dan berbagai macam-macam diam.
Namun jika kami menemukan dosen yang membuat bete dalam menyampaikan materinya, tanpa ada yang mengomando kamipun mulai pada rame untuk ngobrol;. dosen ngomong, kitapun ngomong. Suasana yang begitu interaktif, imajinatif, hangat dan terbuka. Hingga selesai sesi dosen itu, kita tidak menangkap sedikitpun materi yang diajarkan olehnya. Yang ada hanyalah cekikikan dan ketawa…haha
Formasi idaman dalam ruang kuliahan adalah wanita semuanya di depan sedangkan si berandal ada di belakang. Karena temen wanita kami biasanya serius mendengarkan pelajaran dan menyimak serta menulis apa yang diutarakan oleh dosen. Sedang kami si berandal dalam hal ini, cekikikan di belakang. Sambil ngobrol dengan bisik-bisik, kami membagikan permen atau makanan dari tangan ke tangan. Jika kebetulan tidak punya makanan, kita colek-colek wanita di depan kami dengan maksud meminta makanan dari tas mereka. Karena biasanya, temen wanita kami ada saja yang bawa makanan.
Terkadang lucu, yang memberikan makanan serius menyimak pelajaran, kita yang diberi makanan malah ketawa-ketawa di belakang sambil berebut makanan itu. Sambil membagikan makanan, maka kami akan bisik-bisik di belakang. Kadang kalo lagi iseng, saya jail menelepon teman di sebelah. Yang pastinya dengan sok artis dan sok dibutuhin temen saya ini langsung buru-buru nyari henpon di sakunya. Jika sudah terbuka layer henponnya, sontak mukanya langsung kesal sambil tertawa ‘Dasar dodol, ngerjain gue lu’. hehehe
Jika dosen menanyakan sesuatu, dengan cepat-cepat salah seorang dari kami menjawab pertanyaan tersebut karena kebetulan walaupun badung tapi kalau urusan otak mah, lumayan agak bisa dibanggain. Jika yang menjawab itu teman saya dan jawabannya benar, maka saya akan menggunakan kesempatan itu untuk tenar. Dengan bangganya saya akan bilang “Namanya Bayu Segara Pak, Niknya 9957887’, dengan maksud promosi, biar si Dosen kenal sama saya.
Hal ini adalah permainan psikologis. Tujuannya adalah agar si Dosen ketika memberikan nilai menjadi subyektif, karena di pikirannya ada rasa tidak enak hati untuk memberikan nilai yang jelek kepada mahasiswa yang dikenalnya. Karena secara tidak langsung, ada ikatan batin antara dosen dan mahasiswanya yang terjalin di alam bawah sadar si dosen. Dan kelakuan saya ini, akhirnya diikutin oleh teman-teman yang lainnya ketika mereka sadar akan gunanya permainan psikologis dari hal itu. Maka ketika ada seseorang menjawab, merekapun ikutan mengaku-ngaku kalau yang menjawab adalah dirinya. Hahaha… pinteer.
Namun ternyata dari kelakuan ini, kami menjadi terkenal, terutama saya. Karena dianggap sebagai biang “kehangatan” dalam kelas. Maka tak pelak, sayapun dijadikan obyek penderita dari keisengan mereka. Diantaranya menunjuk saya kalau dosen meminta seseorang ke depan untuk mengerjakan soal atau menjelaskan sesuatau, yang membuat saya sewot.
Karena kebengalan saya juga, mereka yang biasa duduk di belakang, mencalonkan saya untuk menjadi ketua murid dan ternyata saya terpilih!!! Pertimbangan mereka memilih saya, bukan karena kemampuan saya dalam memimpin, tapi karena mereka iseng ingin menjahili saya saja. Nasib… nasib…
Jika waktunya pulang, cepat-cepat kami keluar. Masuk paling belakangan, pulang paling duluan, keren kan. Ini adalah suatu kegiatan yang menyenangkan dan mempunyai rasa seni yang tinggi bagi kami. Makanya kami selalu berebutan jika waktu pulang.
Tiba di parkiran ketika keluar dari kampus, seperti biasa, kami tidak langsung pulang. Namun cuci mata dulu ngeliatin cewek-cewek yang baru pulang kerja dan sekalian sambil ngopi dan makan cemilan yang dijual sama warung langganan. Si Mamang kenal pada kami semua, bahkan kesukaan kami dia pun sudah tahu karena seringnya kita nongkrong di lapaknya. Maka tak heran ketika kita duduk di bangku atau nongkrong sambil meyender tembok dia sudah menawarkan minuman atau rokok kesukaan kami.
Jika dirasa sudah beres nongkrongnya, sayapun bergegas mengambil Vespa usang di parkiran. Biasanya ada teman saya yang ikut nebeng pulang, kebetulan dia rumahnya di Benhill, sedang kosan saya di Kemayoran, jadi satu arah. Cuman walau satu arah, saya mesti berbaik hati sedikit untuk mengantarkannya ke Jalan Sudirman karena saya suka lewat Kuningan. Dan jalan pintasnya adalah kita harus lewat Taman Lawang, tempat dimana berkumpulnya para Waria!!
Pertama kali saya mengantar dia ke Benhill, dia dengan gagah beraninya berkata “Gue kasih ke bencong luh, berani ngga?”, yang saya jawab dengan “amit-amit”. Namun ketika motor sudah ada persis di depan kumpulan mereka, maka dengan cueknya saya berhentikan motor itu dengan maksud untuk ngetes keberanian temen saya ini. Ternyata dia ketakutan setengah mati dan mukul-mukul punggung saya agar segera ngacir dari tempat itu. Sontak saya tertawa dengan tertawa yang terbahak-bahak penuh kemenangan. “Rasain luh, gue kirain lo berani, ternyata cemen. Gue mah sama yang begituan udah biasa. Di sebelah rumah ada salon dan kalau cukur suka ke sana. Di dalamnya banyak tuh yang kayak gituh, namun gue gak takut karena yang punya salon adalah tetangga gue yang sekarang insaf dan hidup normal mempunyai isteri dan anak”
Beres nganterin teman ke Benhill, sayapun bergegas pulang ke kosan. Tiba di rumah, cuci muka sebentar, habis itu kelayapan sebentar untuk nyari makan malam. Jika sudah beres makan, saya nonton televisi mencari sedikit hiburan, kemudian sholat dan ketika waktu sudah menunjukkan jam 11.30 atau jam 12.00 sayapun tidur. Besok saya harus beraktivitas lagi, maka butuh energi yang prima. Oleh karena itu saya butuh ‘Wedang jahe’, ini dia Wedang Jahenya [sambil berlagak memperlihatkan barangnya]…… hahaha najis dah… sok ngartis banget gue!!!
Inilah satu kisah kehidupan sehari-hari salah seorang yang kuliah sambil kerja, penuh luka-liku yang butuh perjuangan. Sungguh, ini bukan berlebihan, tapi memang kenyataan. Ternyata kuliah sambil kerja itu sangat berat!!! Dan Alhamdulillah saya sudah bisa melewati masa-masa itu.
Ditulis Oleh: Bayu Segara